Contoh Catatan Kaki Pada Artikel
B. Sejarah dan Perkembangan
Hukum Internasional
Hukum internasional sebenarnya sudah sejak lama
dikenal eksisitensinya, yaitu pada zaman Romawi Kuno. Orang-orang Romawi Kuno
mengenal dua jenis hukum, yaitu Ius Ceville dan Ius
Gentium,Ius Ceville adalah hukum nasional yang berlaku bagi
masyarakat Romawi, dimanapun mereka berada, sedangkan Ius Gentium adalah
hukum yang diterapkan bagi orang asing, yang bukan berkebangsaan Romawi.
“Dalam perkembangannya, Ius
Gentium berubah menjadi Ius Inter Gentium yang lebih
dikenal juga dengan Volkenrecth (Jerman), Droit de Gens (Perancis)
dan kemudian juga dikenal sebagai Law of Nations(Inggris)*)
“Sesungguhnya, hukum internasional
modern mulai berkembang pesat pada abad XVI, yaitu sejak ditandatanganinya
Perjanjian Westphalia 1648, yang mengakhiri perang 30 tahun (thirty years
war) di Eropa. Sejak saat itulah, mulai muncul negara-negara yang
bercirikan kebangsaan, kewilayahan atau territorial, kedaulatan, kemerdekaan
dan persamaan derajat. Dalam kondisi semacam inilah sangat dimungkinkan tumbuh
dan berkembangnya prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum internasional**)
_________
*)Kusamaatmadja Mochtar, Pengantar
Hukum Internasional, (Bandung:Putra Abardin, 1999), p.50.
**)Phartiana I Wayan, Pengantar
Hukum Internasional, (Bandung:Mandar Maju, 2003),p.44
Sumber : http://icuk-sugiarto.blogspot.com/2012/11/contoh-catatan-kaki-pada-kutipan-buku.html#ixzz2GX209sZs
Contoh Kutipan Pada Novel
Karya : Darwin
Penerbit : Pinneaple, 2000
Apa yang dilakukan Prodo benar-benar membuat Pragina kesal. Perempuan itu berpikir bahwa Prodo, suaminya, telah berbuat tidak adil kepadanya.
“Mas, aku tidak bisa menerima perlakuan seperti ini,” ungkap Pragina.
“Mengapa? Tugasmu di rumah. Mengurus rumah dan anak-anak. Titik!”
Pragina menarik napas dalam-dalam.
“Sementara kau terus bepergian, Mas?” Tanya Pragina lemah.
“Ya”
“Berminggu-minggu?”
“Ya”
“Lukas dan Toni selalu menanyakanmu.”
“Itu tugasmu sebagai ibu untuk memahamkan mereka bahwa ayah
mereka harus pergi mencari nafkah!”
“Baiklah.” Pragina menyerah dan putus asa.
Prodo mengangkat kopernya dan melangkah menuju mobil. Mendadak ia merasakan sesuatu yang aneh menyelimutinya. Ketika ia menoleh, sepasang mata mungil Tony mengamatinya dengan berkaca-kaca.
“Ayah mau kerja?” tanya Tony. Prodo mengangguk.
“Lalu, mengapa harus membuat Ibu menangis?” lanjut Tony. Prodo terkejut mendapat pertanyaan macam itu. Pikirnya, ”Pragina benar-benar tidak mampu merawat anaknya dengan pikiran-pikiran yang baik.”
“Kalau Ayah mau pergi kerja, pergi saja, tapi jangan bikin ibu nangis. Tony berjanji tidak akan minta oleh-oleh lagi dari Ayah, tidak akan menganggu Ayah pulang kerja, tidak akan merengek-rengek pada ibu agar Ayah cepat pulang, tidak akan nakal lagi agar Ayah tidak marah, tapi Ayah jangan marahi ibu lagi. Tony sedih kalau lihat ibu menangis.” Kata-kata Tony tersebut, benar-benar membuat Prodo tercekat. Ia meletakkan kopernya dan memeluk tubuh Tony erat-erat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar